Iran Tuntut Jaminan AS Sebelum Lanjutkan Negosiasi

Iran menegaskan bahwa pembicaraan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS) tidak akan berlanjut kecuali AS menjamin tidak akan ada lagi serangan terhadap Teheran. Pernyataan tegas ini disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, kepada BBC pada Minggu malam. Pernyataan tersebut muncul seminggu setelah AS membombardir tiga fasilitas nuklir Iran, menyusul serangan Israel sebelumnya.
Meskipun AS telah memberikan sinyal keinginan untuk kembali berunding, Takht-Ravanchi menekankan bahwa Iran belum menentukan tanggal maupun mekanisme pembicaraan. Ia mempertanyakan keseriusan AS, dengan bertanya, "Apakah kita akan menghadapi agresi berulang saat berdialog?" Menurutnya, AS perlu memberikan jaminan yang jelas terkait hal ini.
Ketegangan ini bermula dari serangan Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada 13 Juni. Serangan tersebut kemudian diikuti oleh pemboman tiga fasilitas nuklir Iran oleh AS pada 21 Juni – fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Takht-Ravanchi juga menjelaskan bahwa AS telah memberi isyarat tidak berniat untuk menggulingkan rezim Iran dengan menargetkan Ayatollah Ali Khamenei. Namun, jaminan ini tidak cukup untuk Iran. Takht-Ravanchi bersikeras bahwa Iran harus tetap memiliki hak untuk memperkaya uranium, meskipun tingkat dan kapasitasnya dapat dinegosiasikan. Ia menolak ultimatum AS yang menuntut penghentian total pengayaan uranium, dengan menyebutnya sebagai "hukum rimba."
Perselisihan ini muncul di tengah klaim Israel bahwa program nuklir Iran bertujuan untuk menghasilkan bom nuklir, sementara Iran sendiri bersikeras bahwa program tersebut hanya untuk tujuan damai.
0 Response to "Iran Tuntut Jaminan AS Sebelum Lanjutkan Negosiasi "
Posting Komentar