tes

s

AS Kecam Iran: Minyak Oplosan, Sanksi Melanda



Amerika Serikat kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran, kali ini terkait ekspor minyak. Sanksi ini mengejutkan, mengingat baru beberapa minggu setelah Iran dan Israel mencapai gencatan senjata pada 24 Juni 2025. Langkah tegas ini diambil sebagai respons atas dugaan penyelundupan minyak Iran.

Sasaran sanksi tersebut meliputi Salim Ahmed Said, seorang pengusaha Irak, dan perusahaannya yang berbasis di Uni Emirat Arab. Mereka dituduh melakukan skema rumit untuk menyamarkan asal-usul minyak Iran, mencampurnya dengan minyak Irak sebelum dijual ke negara-negara Barat melalui Irak atau Uni Emirat Arab. Dokumen palsu digunakan untuk menghindari deteksi dan sanksi internasional.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengkritik keras tindakan Iran. Beliau menyatakan bahwa meskipun diberikan kesempatan untuk perdamaian, Iran justru memilih jalan ekstremisme. Sanksi ini membekukan aset yang dimiliki pihak-pihak yang disebutkan di wilayah AS dan melarang warga negara Amerika untuk melakukan bisnis dengan mereka. Departemen Keuangan AS menegaskan komitmennya untuk terus membatasi akses Iran terhadap dana yang dianggap digunakan untuk kegiatan yang mengganggu stabilitas regional.

Keputusan ini tampaknya bertolak belakang dengan pernyataan Presiden AS, Donald Trump, pasca gencatan senjata. Awalnya, Trump memberi sinyal kemungkinan pelonggaran sanksi, bahkan mengizinkan China untuk membeli minyak Iran. Namun, janji tersebut dengan cepat dicabut.

Trump menjelaskan bahwa ia menghentikan semua rencana pelonggaran sanksi sebagai tanggapan atas pernyataan Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, yang menyatakan kemenangan atas Israel. Trump juga secara mengejutkan mengklaim telah mencegah rencana pembunuhan Khamenei oleh Israel, menyelamatkan tokoh penting Iran tersebut dari kematian.

Klaim Trump ini muncul setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengakui rencana pembunuhan Khamenei, meskipun menyatakan tidak ada kesempatan operasional untuk melaksanakannya. Konflik antara Iran dan Israel sebenarnya telah mencapai puncaknya pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara ke Iran, disusul serangan balasan dari Iran. AS turut serta dalam konflik tersebut, menyerang beberapa fasilitas nuklir Iran.

Serangan-serangan tersebut mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak. Pentagon mengklaim bahwa serangan ke fasilitas nuklir Iran telah menunda program nuklir mereka selama satu hingga dua tahun. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti lokasi penyimpanan uranium tingkat tinggi Iran. Situasi ini menunjukkan betapa rumit dan rawannya hubungan antara negara-negara di Timur Tengah, dengan sanksi terbaru dari AS menjadi salah satu manifestasinya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AS Kecam Iran: Minyak Oplosan, Sanksi Melanda "

Posting Komentar